workshop 3 ini berlokasi di Tegallega,Bandung, tepatnya di bagian utara monumen Bandung Lautan Api
Tugu ini merupakan monumen untuk memperingati perjuangan rakyat Bandung pasca kemerdekaan tahun 1946. Saat itu, sekitar 200.000 orang membakar rumah dan harta benda mereka untuk mencegah Sekutu dan Belanda menggunakan fasilitas dan instalasi penting.
Istilah Bandung Lautan Api muncul pertama kali di Harian Suara Merdeka, dimana seorang wartawan muda, Atje Bastaman,menyaksikan bandung dari sebuah bukit di Gunung Leutik di sekitar Pameungpeuk, Garut. Saat itu Bandung terlihat merah seperti lautan api dari dari Cicadas sampai dengan Cimindi.
Tugu setinggi 5 meter ini kemudian dibangun pada tahun 1984. Pada saat itu, kota Bandung mengadakan lomba sketsa monumen yang dimenangkan oleh Sunaryo. Tugu ini dibangun di atas lahan seluas 19ha.
Taman Tegallega merupakan ruang terbuka publik, tegallega sendiri memiliki arti tegal=lapangan dan lega=luas. Berawal dari tempat pacuan kuda, taman ini sempat menjadi tempat lokalisasi dan tempat penampungan PKL asal Cimol (Cibadak Mall) dan Kebon Kalapa.
Sampai pada tahun 2005 saat konferensi Asia Afrika digelar. Beberapa kepala pemerintahan negara-negara Asia Afrika berkunjung dan menanam lebih dari 25 jenis pohon di kawasan ini. Taman Tegallega kini rimbun dengan pepohonan. Sejumlah bangku-bangku juga disediakan untuk bersantai. Perubahan ini membuat Taman Tegallega dijadikan sarana olahraga dan rekreasi masyarakat Bandung, terutama pada akhir pekan. Taman Tegallega juga dianggap sebagai salah satu paru-paru Kota Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar